A_22nd Sunday OT_Tonny Blikon, SS.CC
St. Odilia Parish – citra Raya
Setiap orang yang mau mengikuti Aku harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan meng-ikuti Aku”
Saudara dan saudariku....
Bicara soal salib berarti bicara soal penderitaan. Dan tentu banyak orang tidak suka kalau bicara soal ini, dan tentu tidak mengharapkannya. Tetapi dalam kehidupan ini, sebagai pengikut Yesus, salib memang tidak bisa dihindari. Bahkan dikatakan sebagai hal yang mesti kita tanggung.
Memang ada beberapa cara pandang terhadap salib atau penderitaan ini. Ada yang melihat sebagai masalah atau beban yang memang harus dihindari. Tetapi ada juga melihat sebagai suatu rahmat yang membimbing dia kepada Yesus.
Seringkali ada yang mengeluh seperti ini, Tuhan....mengapa salib saya terlalu berat? Mengapa punya orang lain kok ringan-ringan saja?
Ada seorang yang sedang tenderita penyakit lupus. Setiap kali mendapat telepon dari dia, dia selalu mengeluh dan bertanya: “Romo...kok beban saya ini berat banget! Saya sudah tidak percaya lagi bahwa Tuhan itu baik.
Saya lalu mengajak dia untuk berdoa bersama dengan saya. Pertama kali dia mengikuti ajakan saya, tetapi lama kelamaan dia dia berkata: “Ah, sudahlah romo. Saya merasa bahwa Tuhan itu sudah tuli pada doa-doaku. Tuhan yang pernah bersabda: "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan” toh tidak memberikan padaku apa yang kupinta. Tuhan bahkan tak pernah membukakan pintu bagi diriku.” Lalu dia berdiri dan meninggalkan aku sendirian.
Kekecewaan telah menjadi beban hidupnya. Kekecewaan telah menyatu dengan hidupnya.
Memang, kadang kita kalah dalam menghadapi hidup ini. Bahkan kalah dengan pahit.
Yesus sendiri bahkan harus memikul salib-Nya. Dalam penderitaan yang amat mendalam Dia berseru: “Eloi, Eloi, lama sabakhtani?", yang berarti: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”.
Seruan itu tidaklah membuat Bapa datang membantunya pada saat itu juga. Seringkali dalam penderitaan hidup ketika Allah seakan tidak menjawab doa-doa kita, mungkin kita kecewa. Betapa sia-sianya meminta kepada Tuhan karena Tuhan telah tuli. Tuhan sering tidak datang saat kita mengharapkan kehadiranNya. Tetapi sungguhkah Tuhan itu telah tuli? Sungguhkah Tuhan bersikap masa bodoh dan tidak mau peduli pada harapan dan doa-doa kita?
Satu kalimat dari Doa Bapa Kami yang setiap hari kita doakan adalah “Jadilah kehendakMU di atas bumi seperti di dalam surga.” Tetapi mengapa hanya kehendak Bapa yang baik bagi diri kita saja, yang menyenangkan dan membahagiakan kita, membuat kita bersyukur? Mengapa bila kita mengalami peristiwa yang membuat kita berduka, yang menyakitkan dan memedihkan kita, tidak mampu kita terima sebagai satu anugerahNya juga?
Salib dan penderitaan hidup dilihat sebagai jalan untuk lebih mendekatkan kita pada Tuhan. Penderitaan kita merupakan ‘catatan kaki’ dari penderitaan Yesus.
Karena itu sepenggal puisi yang amat indah, karya Rabindranath Tagore (penyair India, 1861-1941), berikut ini hendaknya menjadi inspirasi bagi kita:
Dalam bukunya Gitanjali bab ke 79:
Janganlah aku berdoa agar diluputkan dari bahaya tetapi agar berani untuk menghadapinya.
Janganlah aku bermohon untuk dihindarkan dari kepedihan tetapi agar mampu menaklukkannya.
Janganlah aku mencari teman senasib dalam pergumulan hidup ini tetapi agar mampu berjuang dengan daya upayaku sendiri. Janganlah aku meminta agar diselamatkan dari keterasingan tetapi agar dengan sabar melangkah menuju ke kebebasanku. Janjikanlah padaku agar aku tidak menjadi seorang pengecut: Tidak hanya sanggup merasakan keagunganMu dalam keberhasilanku tetapi juga dapat merasakan genggamanMu di dalam kegagalanku.
Suatu sajak indah yang patut kita renungkan dalam menghadapi kesulitan kita sehari-hari.
Rasul Paulus berkata dalam 1Kor 10:13 “Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya”
Hadiah terbesar yang dapat diberikan oleh seekor induk elang kepada anak-anaknya , bukanlah serpihan-serpihan makanan pagi, namun ketika ia melemparkan mereka dari jurang yang tinggi dan terjal. Pada detik pertama mungkin anak-anak itu akan berpikir, induk mereka kok keterlaluan? Mereka mungkin menjerit dalam ketakutan dan berpikir akan mati. Sesaat kemudian, mereka menyadari bahwa bukan kematianlah yang mereka terima namun kesejatian diri sebagai elang, yaitu bisa terbang tinggi. Kesediaan memanggul salib membuktikan bahwa kita adalah murid Kristus yang sejati.
"..karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak." Ibrani 12:6
Apakah gubukmu terbakar ?
Satu-satunya orang yang selamat dari kecelakaan sebuah kapal terdampar di pulau yang kecil dan tak berpenghuni. Pria ini segera berdoa supaya Tuhan menyelamatkannya, dan setiap hari dia mengamati langit mengharapkan pertolongan, tetapi tidak ada sesuatupun yang datang. Dengan capainya, akhirnya dia berhasil membangun gubuk kecil dari kayu apung untuk melindungi dirinya dari cuaca, dan untuk menyimpan beberapa barang yang masih dia punyai. Tetapi suatu hari, setelah dia pergi mencari makan, dia kembali ke gubuknya dan mendapati gubuk kecil itu terbakar, asapnya mengepul ke langit. Dan yang paling parah, hilanglah semuanya. Dia sedih dan marah. "Tuhan, teganya Engkau melakukan ini padaku?" dia menangis. Pagi- pagi keesokan harinya, dia terbangun oleh suara kapal yang mendekati pulau itu. Kapal itu datang untuk menyelamatkannya. "Bagaimana kamu tahu bahwa aku di sini?" tanya pria itu kepada penyelamatnya. "Kami melihat tanda asapmu", jawab mereka.
Mudah sekali untuk menyerah ketika keadaan menjadi buruk. Tetapi kita tidak boleh goyah, karena Tuhan bekerja di dalam hidup kita, juga ketika kita dalam kesakitan dan kesusahan. Ingatlah, ketika gubukmu terbakar, mungkin itu "tanda asap" bagi kuasa Tuhan. Ketika ada kejadian negatif terjadi, kita harus berkata pada diri kita sendiri bahwa Tuhan pasti mempunyai jawaban yang positif untuk kejadian tersebut.
Kamu berkata, "Itu tidak mungkin."
Tuhan berkata, "Tidak ada hal yang tidak mungkin." (Lukas 18:27)
Kamu berkata, "aku terlalu capai."
Tuhan berkata, "Aku akan memberikan kelegaan padamu." (Matius 11:28)
Kamu berkata, "Tidak ada seorangpun yang mencintai aku."
Tuhan berkata, "Aku mencintaimu." (Yohanes 3:16-Yohanes 13:34)
Kamu berkata, "Aku tidak bisa meneruskan."
Tuhan berkata, "Kasih karuniaKu cukup." (2 Korintus 12:9 - Mazmur 91:15)
Kamu berkata, "Aku tidak mengerti."
Tuhan berkata, "Aku akan menuntun langkah-langkahmu." (Amsal 3:5-6)
Kamu berkata, "Aku tidak bisa melakukannya."
Tuhan berkata, "Kamu bisa melakukan semuanya." (Filipi 4:13)
Kamu berkata, "Ini tidak berharga."
Tuhan berkata, "Itu akan berharga." (Roma 8:28)
Kamu berkata, "Aku tidak bisa memaafkan diriku sendiri."
Tuhan berkata, "Aku memaafkanmu." (1 Yohanes 1:9-Roma 8:1)
Kamu berkata, "Aku tidak bisa mengatasi."
Tuhan berkata, "Aku akan menyediakan kebutuhanmu." (Filipi 4:19)
Kamu berkata, "Aku takut."
Tuhan berkata, "Aku tidak memberikan padamu roh ketakutan." (II Timotius 1:7)
Kamu berkata, "Aku selalu kuatir dan frustasi."
Tuhan berkata, "Serahkan segala kekuatiranmu kepadaku." (I Petrus 5:7)
Kamu berkata, "Aku tidak mempunyai iman yang kuat."
Tuhan berkata, "Aku memberi setiap orang iman menurut ukurannya."(Roma12:3)
Kamu berkata, "Aku tidak pandai."
Tuhan berkata, "Aku memberikan padamu hikmat." (I Korintus 1:30)
Kamu berkata, "Aku merasa aku sendirian."
Tuhan berkata, "Aku tidak akan pernah meninggalkanmu atau membiarkanmu."(Ibrani 13:5)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar