Sewaktu menghadiri misa sore, konsentrasi kami terpecah. Sebabnya tak lain Dan tak bukan adalah seorang anak kecil yang merengek-rengek pada ibu Dan ayahnya meminta dibelikan mainan anak-anak yang dijual di muka gereja. Semula, di tengah suara koor Dan alunan organ, kami mengacuhkannya. Namun setelah Kitab Suci mulai dibacakan Dan situasi sedikit hening, rengekannya mulai mengganggu kami. Dalam hati saya mencela, kenapa tidak dibawa keluar Dan dituruti saja permintaannya agar IA tidak mengganggu keheningan gereja. Tapi orang tuanya rupanya bersikeras mengikuti misa Dan sekali-sekali memberi penjelasan bahwa mereka akan memberikan apa yang diingininya tetapi nanti setelah misa selesai. Hal ini rupanya membuat sang anak semakin gencar dengan rengekannya, IA pun mulai menangis.
Kemudian dibacakan Injil yang nasnya mengenai permohonan kepada Allah. \"Mintalah maka kamu akan diberi,\" begitu kira-kira. Dalam hati saya tersenyum. Itu kalau Allah mau, pikir saya, kalau tidak ya sudah Kita hanya bisa pasrah Dan menganggap mungkin permintaan Kita tidak sesuai dengan rencana Allah atau mungkin juga \"belum saatnya Dia memberi.\"
Saya termenung memikirkan alasan kedua itu. Kembali saya melihat sang anak kecil yang merengek-rengek meminta sesuatu Dan jawaban sang ibu bahwa IA akan mendapatkannya tapi nanti setelah misa selesai. Mau tak mau saya tersenyum, bersyukur atas sebuah drama yang mungkin (walau saya pribadi gak terlalu yakin) disutradarai oleh Allah sebagai contoh bagi Kita yang setiap waktu \"merengek-rengek\" meminta sesuatu bahkan hingga menangis. Mungkin bukannya Allah tidak peduli, mungkin bukan pula Dia tidak mau karena tidak sesuai dengan rencanaNya. Mungkin masalahnya hanya waktunya belum tiba.
\"Mintalah maka kamu akan diberi.\"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar